pojokkomet.com--Dihadapan Muktamirin Muktamar Muhammadiyah Setengah Abad di Jakarta tahun 1962, Ir Soekarno pernah berkisah tentang pertemuannya dengan KH.Ahmad Dahlan dan untuk pertama kalinya mendapat pencerahan agama dari beliau. Kala itu Bung Karno kost di kediaman sang pemimpin Sarekat Islam (SI) Haji Oemar Said (HOS) Cokroaminoto, Jalan Peneleh VII/29-31 Surabaya. Kini kediaman HOS Cokroaminoto tersebut dijadikan cagar budaya oleh Pemkot Surabaya.
"Dalam suasana yang remang-remang itu datanglah Kiai Ahmad Dahlan di
Surabaya dan memberi tabligh mengenai Islam. Bagi saya (pidato) itu
berisi regeneration dan rejuvenation daripada Islam. Sebab, maklum, ibu
meskipun beragama Islam (tapi) berasal dari agama lain, (beliau) orang
Bali. Bapak meskipun agama Islam, beliau adalah beragama teosofi. Jadi
(orangtua) tidak memberi pengajaran kepada saya tentang agama Islam."cerita Soekarno dihadapan muktamirin sebagaimana dikisahkan Suara Muhammadiyah.
"Nah, suasana yang demikian itulah, saudara-saudara, meliputi jiwa saya
tatkala saya buat pertama kali bertemu dengan Kiai Haji Ahmad Dahlan.
Datang Kiai Haji Ahmad Dahlan yang sebagai tadi saya katakan memberi
pengertian yang lain tentang agama Islam. Malahan ia mengatakan, sebagai
tadi dikatakan oleh salah seorang pembicara: "Benar, umat Islam di
Indonesia tertutup sama sekali oleh jumud, tertutup sama sekali oleh
khurafat, tertutup sekali oleh bid’ah, tertutup sekali oleh
takhayul-takhayul. Dikatakan oleh Kiai Dahlan, sebagai tadi dikatakan
pula, padahal agama Islam itu agama yang sederhana, yang gampang, yang
bersih, yang dapat dilakukan oleh semua manusia, agama yang tidak
pentalitan, tanpa pentalit-pentalit, satu agama yang mudah sama sekali." lanjut Soekarno.
Karena ketertarikannya dengan ajaran KHA Dahlan, tidak dilewatkannya
kesempatan untuk mendengarkan tabligh dari beliau. "Nah, dengan
demikianlah makin kuatlah, saudara-saudara, keyakinan saya bahwa ada
hubungannya erat antara pembangunan agama dan pembangunan tanah air,
bangsa, negara, dan masyarakat. Maka oleh karena itu, saudara-saudara,
kok makin lama makin saya cinta kepada Muhammadiyah. Tatkala umur 15
tahun, saya simpati kepada Kiyai Ahmad Dahlan, sehingga mengintil
kepadanya."
Namun Soekarno baru menjadi anggota dan sekaligus pengurus Muhammadiyah 22
tahun kemudian setelah pertemuan pertamanya dengan KHA Dahlan. Soekarno resmi masuk
menjadi anggota Muhammadiyah pada tahun 1938, saat beliau dibuang ke Bengkulu oleh Belanda. Bersama Hasan Din--yang kemudian menjadi mertua Soekarno karena beliau adalah ayah dari Fatmawati--di
Bengkulen Soekarno berpartisipasi aktif dalam kegiatan dakwah
Muhammadiyah.
Karena
terjadinya perbedaan paham politik, pada tahun 1946 Soekarno meminta agar tidak dipecat dari Muhammadiyah. Orang Muhammadiyah saat itu umumnya berafiliasi kepada
Masyumi sedangkan Soekarno sendiri adalah pendiri PNI (Partai Nasional
Indonesia). Baginya sekali Muhammadiyah (dalam paham agama), tetap Muhammadiyah.
"tahun '38 saya resmi menjadi anggota Muhammadiyah, tahun '46 saya minta
jangan dicoret nama saya dari Muhammadiyah, dan tahun ’62 ini saya
berkata, "moga-moga saya diberi umur panjang oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala, dan jikalau saya meninggal, supaya saya dikubur dengan membawa
nama Muhammadiyah atas kain kafan saja."kata Soekarno.
sumber: Suaramuhammadiyah.com
artikel yangg bagus, mengulas sejarah
ReplyDeleteterima kasih atas kunjungannya
ReplyDeleteTerimakasih kepada pembuat artikel, sangat2 bagus dan menambah wawasan saya.
ReplyDelete